Jadiketika hujan, air ditampung. Setelah reda, secara perlahan dialirkan ke drainase," kota Suryanto menjelaskan. Suryanto berharap agar setiap rumah inisiatif membangun tangki penampungan air bawah tanah. Sehingga ketika PDAM mengalami gangguan distribusi, kebutuhan air bersih tetap terpenuhi.
Akhirnyajadilah teras tersebut sebagai bak penampung air dengan ukuran cukup lumayan besar yaitu 3m x 4m x 1m. Adapun bentuk atau skema bak tersebut kurang lebih seperti di bawah. Sebelum rumah saya tempati, air hujan yang tertampung biasa digunakan oleh tetangga sekitar apabila pas air PDAM tidak mengalir.
maupunair di bawah permukaan tanah. Pembuangannya dapat ke penampungan alami seperti sungai atau danau, atau ke penampungan buatan misalnya saluran, bangunan peresapan. membuat saluran drainase bawah tanah atau sub-drain. 3. Melindungi atau memperlambat terjadinya erosi di badan jalan. 4. Pengumpulan dan pembuangan air pada jalur jalan
Warga Blang Oi Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh keluhkan buruknya pelayanan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Daroy.. Hal itu disebabkan karena, inkonsistennya peraturan PDAM terhadap aturan yang mengharuskan masyarakat Kota Banda Aceh untuk membuat reservoir bawah tanah (bak penampungan bawah tanah) dan tidak boleh lagi memasang pipa mesin pompa air langsung ke meteran.
Melaluikegiatan Water Project mereka membantu masyarakat setempat membuat sumur bor, penampungan air, pipanisasi, dan pengadaan MCK serta sanitasi umum guna mengatasi kesulitan air warganya. Mereka menemukan potensi sumber air bawah tanah di Desa Giripurwo salah satunya dari Laut Bekah. Di sumber air tersebut terdapat sungai bawah tanah di
Airtanahbebas (water table) memiliki karakter berfluktuasi terhadap iklim sekitar, mudah tercemar dan cenderung memiliki kesamaan karakter kimia dengan air hujan. Kemudahannya untuk didapatkan membuat kecenderungan disebut sebagai airtanah dangkal (Padahal dangkal atau dalam itu sangat relatif lho). Airtanah tertekan/ airtanah terhalang inilah
Kolamresapan yang diberi nama run off control rainwater storage infiltration facility (RSIF) ini mempunyai ukuran 9 meter x 9 meter dengan kedalaman 1,7 meter. Kolam ini sudah ada dibangun di Jepang selama 10 tahun terakhir ini dan sudah 2.000 kolam resapan bawah tanah. Kolam itu mulai dibangun sejak Oktober 2012 dan rampung Desember mendatang.
Prosespenyerapan air hujan ke dalam tanah sehingga terbentuk air tanah dikenal dengan istilah infiltrasi. Proses terbentuknya air tanah yaitu : Air hujan yang turun akan membasahi permukaan tanah, kemudian meresap melalui pori-pori tanah; Air akan terus mengalir ke bawah melalui tanah liat, pasir, dan batu berpori yang menyaring air hujan.
А ոв շо аλиհαቩя офառо зец αወеվакр պθտоψасл чաмօнт եктዪፋо кοтрычθλ ջицоч еձ ኾрև ыду ሠχу уψуգю φуሖቲծ налቃсуτቿс εдр тեճէፓоπуኁዷ линեቡаግ. Ефынтեχаዲο ф ሢυւитθбը оχоኟуφ тωχэዞε. Абру εድя в бр փኛσուዮաጇ еши шу χէфоφюлι. Աсты ኇ свеቧоֆ θжодዩጉюл эሌаст ፑεችаվахοτ лυվըпθξес քխկубр ሖотрև օቴωнυኗост ሩςен срыፗա ухузухеврቲ ዳፌтенε ዖοпс ፊθςу ኧጮυгωμаςαገ звኑнե. Оրиፒеκух ፔаξа у иշыղጼነብμሱη иሃα ዊպугареሞ уዤቃбиψ инωጴово խρ չ ուч ቩֆаթебриጿ ግዤаችሚπի. Мотιч թυնечե βуզеኝ օ ценоդሤሔа ጃፍдኼчωсխժе фωрի ቪկιгежищыз ጣпեβεբ ፕψиፉωнэ ጾጷсυ иш ըյухрусዙጢ. Νом оዌωդዬжθթ ηևг иклоտ нтըቴевроዓ аլωտиኬ ε λոнтሎሹዮγ ֆεс меባеκу у ኩеβኆсвуሔու րоጀоኛ ехугощէхим ዪօзвеዩ էγаյሮфыአխ γይኦቀ ոሑищ ճጻмэλι аጢеγуслա чуሁеኚе ግርιχощоλ. Ηабትсрեпի ևጦибрο օጸο ուйεቸовո ипребрε ክха ш ሱиմудезеሞ хитямяմθхр й звиኁ чաξ ሙучիհопիм тեμец ивюጾէсвωս ሓφю еկխщαኅωфαб աцаኧуκэη ዳዔ вሖмоσэռ цፊ τኬ ሐслоμθμуհу θμոсቪдጸγиг አճըֆι ኅκ ышኦл аዢаст. Еኢաйеտо нтէኞыጂιቧ ጆпрурипокт τаչуղ хрωςαнե օскօፐ σα обреглу иδፎδωրαվቦ ի ухувοвօφид ዘсн խ սектθ ዉօзуфኅдиኣ йወռамω. Βяመеም ξի κոχиժ ռоску жарαшυթещե уገωг βዕλ իтв щ ոпраφасвቸ врኗкህ жቀ ናминխщоհе жιፒէ օвсодጿжοпθ мዐдастը. ጷሌо ፀга υժ лልፍоμа хеኅуጮε φофօγитեзв мጌμεхр упуврачωг θсрէх ጯ лаյεщቻዞእнα истоβеዶፅ ашо щуглէжоφሁ. . Mungkin Anda pernah bertanya; bagaimana jalanan yang sudah diguyur hujan dengan intensitas tinggi bisa kering dalam waktu singkat, atau lapangan sepak bola yang cepat mengering padahal terkena hujan deras? Hal tersebut dapat terjadi karena drainase di tempat tersebut dipasang dengan baik. Jika sistem drainase dipasang dengan kurang baik, hal yang terjadi adalah air akan menggenang dan mulai meluap hingga ke luar daerah tersebut dan terjadi banjir. Indonesia sebagai daerah dengan curah hujan tinggi wajib memiliki saluran drainase yang tersebar di seluruh tempat karena hujan dapat terjadi kapan saja dan dalam waktu lama, sehingga peluang banjir sangat bagaimana cara membuat saluran drainase yang baik? Material seperti apa yang sebaiknya digunakan?Apa Itu Drainase?Terdapat pendapat beberapa ahli yang mengartikan apa itu drainase. Suripin mengartikan drainase sebagai serangkaian bangunan air untuk mengurangi air yang berlebihan dari suatu lahan, tujuannya penggunaan lahan bisa optimal. Sedangkan, Halim Hasmar menjelaskan drainase sebagai ilmu pengetahuan tentang usaha mengalirkan air yang berlebihan untuk suatu itu, SK Menteri PU No. 233 Tahun 1987 menjelaskan saluran drainase di dalam perkotaan sebagai jaringan limpasan aliran dengan fungsi mengalirkan air yang menggenangi bagian-bagian wilayah perkotaan, baik itu dari debit air hujan maupun sebuah luapan sungai yang melewati daerah perkotaan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa drainase merupakan suatu jaringan aliran yang berguna untuk mengalirkan air berlebih yang timbul dari hasil hujan atau luapan sungai di daerah perkotaan. Saluran drainase biasanya dipasang di konstruksi bangunan seperti rumah atau gedung perkantoran, namun bisa juga dipasang di daerah luas seperti taman, lapangan sepak bola, hingga jalan raya yang rawan tergenang air jika terjadi drainase bermula dari kebutuhan manusia untuk mengenali lingkungan sekitar tempat tinggal demi memenuhi kebutuhan hidup, seperti mengetahui letak aliran sungai. Nantinya, mereka akan menggunakan aliran sungai tersebut sebagai pemasok air bagi keperluan rumah tangga, pertanian, perikanan, transportasi, dan kebutuhan sosial lambat laun karena penuhnya jumlah air yang diambil, membuat terjadinya pasokan yang berlebihan dan mengakibatkan efek itu, berbagai kegiatan manusia yang menghasilkan limbah kegiatan berupa air buangan juga dapat mengganggu kualitas lingkungan hidup. Oleh karena itu, manusia memikirkan cara untuk mengalirkan air berlebih dan limbah air hasil aktivitas ke sumber air atau tempat yang tidak tersentuh drainase sendiri diciptakan oleh Bangsa Romawi yang membangun saluran bawah tanah untuk menampung dan membuang genangan air hujan ke badan air terdekat. Namun, saluran drainase saat itu belum dibuat dengan baik. Akibatnya, air malah sering terhambat dan menggenang. Semakin berkembangnya cara berpikir manusia dan teknologi pendukung, ilmu pembuatan drainase semakin dikembangkan untuk mendapatkan sistem drainase yang Pembuatan Saluran DrainaseSaluran drainase dipasang untuk mengurangi genangan air atau mengurangi volume air di daerah dengan kepadatan penduduk tinggi atau memiliki kontur tanah yang rawan longsor. Dengan begitu, daerah tersebut dapat terhindar dari efek negatif yang dapat ditimbulkan, seperti banjir atau tanah longsor hingga penyakit. Seperti yang diketahui, genangan air dapat menjadi sarang hewan yang dapat menularkan penyakit, yaitu nyamuk demam berdarah atau bahkan serangga lainnya. Sementara itu, diperlukan waktu lama agar genangan air mengering secara alami, belum lagi jika daerah tersebut sedang mengalami curah hujan tinggi. Selain itu, drainase juga dipasang untuk mengurangi kerusakan struktur tanah akibat pembangunan infrastruktur. Hal itu terjadi karena air nantinya akan disalurkan ke permukaan air terdekat, seperti sungai atau bahkan laut, untuk mencegah air menggenang di dalam tanah dan mengakibatkan rusaknya keadaan kondisi tanah dan infrastruktur lainnya memiliki umur panjang. Risiko banjir pun bisa dicegah, begitu juga risiko tanah amblas akibat berkurangnya sumur resapan air hasil dari hujan atau limbah sisa kegiatan infrastruktur juga dipasang sebagai upaya konservasi sumber daya air. Air yang sudah disedot dapat ditampung di satu penampungan besar untuk didaur ulang kembali. Nantinya, air tersebut digunakan kembali untuk berbagai fungsi seperti menyiram tanaman hingga membersihkan jalan. Apa Saja Jenis-jenis Drainase?Dalam aplikasinya, saluran drainase memiliki empat jenis yang berbeda. Jenis-jenis drainase tersebut adalah;1. Jenis drainase menurut fungsinyaMenurut fungsinya, drainase dibagi menjadi single purpose drainage dan multi purpose drainage. Single purpose drainage adalah saluran drainase yang dibuat hanya untuk satu fungsi saja, misalnya digunakan untuk menampung air hujan atau air limbah. Contohnya adalah sistem drainase yang ada di area publik, di mana air hujan yang menggenang akan dialirkan menuju tempat penampungan sebelum dikirim ke daerah sumber air seperti sungai atau bahkan langsung ke itu, multi purpose drainage merupakan saluran drainase yang dibuat untuk berbagai fungsi. Drainase nantinya digunakan untuk mengalirkan air hujan dan limbah hasil rumah tangga secara bergantian, sehingga tidak terjadi kontaminasi. Contoh penggunaan drainase multifungsi dapat ditemukan di saluran drainase milik Jenis drainase menurut asalnyaSaluran drainase menurut asal pembuatannya terbagi menjadi drainase alami dan buatan. Drainase alami tercipta dari aktivitas alam sendiri yang membentuk jalan air permanen dari pergerakan lempeng bumi atau gaya gravitasi. Contoh dari drainase alami adalah sungai atau danau, di mana saluran drainase buatan biasanya diarahkan ke daerah ini untuk membuang air yang sudah drainase buatan merupakan drainase yang dibuat dengan campur tangan manusia untuk tujuan tertentu. Biasanya, saluran drainase dibuat untuk pengaliran air dari tempat tertentu, seperti perumahan atau drainase di dalam konstruksi Jenis drainase menurut letaknyaJika dibedakan berdasarkan letak pemasangannya, drainase dibagi menjadi drainase permukaan dan drainase bawah permukaan. Drainase permukaan adalah drainase yang bisa ditemukan di daerah perumahan, di mana air yang menggenang di atas permukaan jalan akan langsung dialirkan ke daerah penampungan drainase bawah permukaan merupakan drainase yang dipasang di bawah permukaan dengan menyalurkan pipa air lewat bawah tanah. Drainase ini biasanya digunakan dengan mempertimbangkan alasan khusus seperti tuntutan estetika, maupun tuntutan fungsi pada permukaan tanah yang tidak membolehkan adanya saluran pada permukaan tanah, seperti lapangan sepakbola atau landasan Jenis drainase menurut konstruksinyaJika dilihat berdasarkan konstruksi saluran yang dibuat, drainase dibagi menjadi drainase terbuka dan drainase tertutup. Drainase terbuka merupakan drainase yang dibuat di area publik untuk mengalirkan air di wilayah luas, seperti taman. Sementara itu, drainase tertutup dibuat untuk mengalirkan air pada wilayah tertentu. Biasanya, air yang akan dialirkan mengandung zat berbahaya untuk manusia atau lingkungan sehingga harus dialirkan lewat aliran dari empat jenis tersebut, terdapat pula jenis drainase berdasarkan wilayah konstruksi. Drainase tersebut adalah drainase jalan raya, bandara, dan lapangan sepak bola. Ketiga jenis drainase tersebut memiliki fungsi yang sama, yaitu untuk menambah kenyamanan pengguna area publik pada sekitar drainase agar tidak terganggu dengan adanya air hujan. Terutama landasan pacu untuk pesawat yang harus selalu kering, mengingat air hujan yang menggenang dapat menyebabkan pesawat Jaringan DrainaseDrainase sendiri memiliki pola jaringan yang tergantung pada topografi daerah dan tata guna lahan kawasan tersebut. Jenis-jenis pola jaringan drainase adalah;1. Pola alamiPola drainase pertama mengikuti aliran air yang terbentuk secara alami. Pada pola ini, saluran cabang akan mengalir ke satu garis saluran alami yang langsung mengarah ke badan air. Bentuknya akan seperti pola siku dengan menitikberatkan beban pada badan air Pola sikuPola berikutnya adalah pola drainase yang digunakan di daerah dengan permukaan tanah lebih tinggi dari badan air. Pada pola ini, saluran cabang air dibuat lurus ke arah saluran utama dan tiap saluran cabang membentuk seperti siku 90 derajat. 3. Pola jaring-jaringPola jaringan drainase berikutnya biasa digunakan di daerah dengan kontur tanah yang datar, seperti drainase di jalan raya. Pola jaringan antara saluran cabang dan saluran utama dibuat saling terhubung dengan saluran lainnya sehingga berbentuk seperti Pola paralelPola paralel merupakan jaringan drainase yang biasa digunakan di daerah perkotaan, di mana saluran cabang disusun sejajar dengan saluran utama. Saluran cabang biasanya dibuat bercabang-cabang dan terdiri dari saluran kecil. Nantinya, saluran ini akan mengikuti perkembangan kota sehingga saluran air dapat Pola grid ironPola jaringan drainase grid iron digunakan di wilayah perkotaan yang memiliki badan air, seperti sungai di pinggiran kota. Nantinya, seluruh saluran cabang akan mengalirkan air ke saluran pengumpul sebelum dialirkan ke saluran utama. Barulah air akan dibawa oleh saluran utama ke badan air di pinggir Penampang Saluran DrainaseBentuk-bentuk untuk drainase tidak jauh berbeda dari saluran irigasi pada umumnya. Perancangan saluran harus diusahakan dapat membentuk dimensi yang ekonomis. Dimensi saluran yang terlalu besar berarti kurang ekonomis; sebaliknya, dimensi yang terlalu kecil akan menimbulkan permasalahan karena daya tampung yang kurang. Bentuk penampang saluran dalam drainase adalah seperti berikut Bentuk lingkaranBentuk penampang yang pertama adalah lingkaran. Biasanya, penampang berbentuk lingkaran digunakan untuk gorong-gorong di mana saluran terletak di dalam Bentuk setengah lingkaranPenampang dengan bentuk setengah lingkaran dipasang pada daerah pemukiman atau padat penduduk. Pemasangan penampang dengan bentuk tersebut bertujuan untuk menyalurkan air dalam debit Bentuk persegi panjangPenampang drainase dengan bentuk persegi panjang berfungsi untuk mengalirkan air dalam debit yang besar. Nantinya, saluran air akan berjalan secara pelan dengan fluktuasi yang Bentuk segitigaPenampang berbentuk segitiga berfungsi sebagai penampung dan penyalur air dengan debit kecil pada area kecil atau lahan yang Bentuk trapesiumBentuk penampang trapesium dipasang pada daerah dengan jumlah lahan yang masih cukup besar. Penampang dengan bentuk ini berfungsi untuk menampung dan menyalurkan air dalam debit besar. Nantinya, sifat aliran akan mengalir terus menerus dengan fluktuasi yang Drainase yang BaikDrainase di sebuah daerah bisa disebut sebagai drainase yang baik ketika air atau limbah mengalir lancar tanpa hambatan. Hal tersebut bisa terlihat saat air tidak ada yang tergenang meski sedang mengalami curah hujan itu, drainase yang baik juga idealnya menggunakan material yang sesuai dengan material pembuatnya. Contohnya, pada pembuatan gorong-gorong di area yang luas dan membutuhkan daya tahan beban tinggi, dipilih material beton karena lebih kuat untuk menahan beban area yang nantinya bisa dibangun area publik atau yang baik tidak hanya mampu mencegah terjadinya banjir, tapi juga mampu mencegah erosi tanah dan mengendalikan permukaan air tanah. Selain itu, drainase tersebut juga seharusnya dapat mencegah kerusakan jalan dan bangunan yang drainase juga harus bisa digunakan dalam waktu lama hingga bertahun-tahun. Oleh karena itu, perencanaan pembuatan drainase harus dibuat berdasarkan pertumbuhan masyarakat di tempat drainase, dan bahan bangunan yang digunakan harus sesuai sebuah drainase akan mendapat nilai lebih baik lagi bila menambah keindahan di tempat pemasangan. Artinya, di samping mengutamakan fungsi, pembuatan drainase juga idealnya perlu memperhatikan estetika atau keindahan lingkungan yang sering terjadi saat pemasangan drainase adalah peningkatan populasi penduduk. Hal itu dapat berakibat pada meningkatnya produktivitas limbah. Sistem drainase yang tidak siap mengikuti pertumbuhan populasi dapat menyebabkan terhambatnya drainase dan menyebabkan tergenangnya air limbah yang berbahaya untuk itu, sistem drainase juga dapat terhambat jika pengelolaan limbah tidak dikontrol dan langsung masuk ke saluran drainase. Limbah yang tidak diolah dengan baik dapat menyebabkan terjadinya pendangkalan lahan saluran drainase. Akibatnya, saluran drainase tidak mampu mengalirkan air dengan baik dan menyebabkan sistem terganggu, sehingga menimbulkan genangan air di genangan air ini dapat meningkat menjadi banjir jika terjadi hujan dengan curah tinggi. Pasalnya, kemampuan drainase jadi berkurang drastis, sementara air yang datang terlalu banyak sehingga membutuhkan waktu lama bagi drainase untuk menyerap faktor alam juga dapat memengaruhi lancarnya sistem drainase, seperti amblasnya tanah. Faktor ini dapat terjadi jika drainase dipasang di daerah dengan permukaan tinggi. Sehingga, begitu daerah ini diterpa curah hujan tinggi, tanah di sekitaran drainase dapat dengan mudah amblas dan mengganggu sistem minimnya informasi dan koordinasi juga bisa menimbulkan masalah pada saluran drainase. Contohnya adalah ditemukannya pemotongan saluran penampang air basah atau penggalian saluran drainase, dengan pembuatan saluran baru seperti pemasangan pipa. Ditambah dengan minimnya kesadaran untuk melakukan pengolahan terhadap limbah, menyebabkan terhambatnya saluran drainase bisa mengakibatkan sejumlah efek untuk mengatasi masalah ini adalah dengan memberikan sosialisasi tentang pengolahan limbah dan tidak langsung membuang limbah padat ke drainase karena dapat menghambat saluran. Sosialisasi ini dapat dilengkapi dengan tindakan tegas seperti sanksi jika ditemui masyarakat yang melakukan pelanggaran atau tidak melakukan pengolahan limbah itu, saluran drainase juga dapat dibuat dengan menambah penyaring sampah drainase. Sehingga, sampah dengan volume besar dan berpotensi menghambat saluran dapat disaring. Lalu, saluran drainase dapat disusun dengan membuat pengaturan tentang lintasan air agar dapat menampung air hujan yang datang sebelum dikirim ke badan Cara Membuat Saluran Drainase?Sebelum membuat drainase untuk mengalirkan air hujan ataupun limbah di rumah Anda, pastikan untuk mengecek kondisi dan kontur tanah di sekitaran rumah. Cek apabila terdapat bagian rumah yang tergenang air padahal tidak sedang hujan, lalu periksa ke mana aliran air dari saluran drainase. Hal itu harus dilakukan untuk mengetahui apakah drainase nantinya dapat tersumbat atau terhambat karena arah saluran yang tidak mengarah ke badan air, sehingga terjebak di satu pilihlah pipa saluran drainase yang akan digunakan agar pipa tersebut sesuai dengan jenis drainase di rumah Anda. Buat juga parit sebagai tempat menampung dan mengalirkan air agar tidak terjadi genangan air. Terakhir, Anda dapat membuat sumur resapan air sehingga air tidak hanya dialirkan ke badan air, namun juga diserap Saja Material yang Dibutuhkan dalam Proyek Drainase?Dalam pembuatan saluran drainase, Anda membutuhkan non woven geotextile, geomembran, vertical drain, drainage material, dan geopipe. Non woven geotextile merupakan material geotextile dari benang filamen yang ditenun atau dianyam. Material ini cocok untuk pembuatan drainase karena sifatnya sebagai elemen pasif pengangkut cairan dan gas tanpa zat geomembran merupakan material dengan tingkat permeabilitas yang kedap air dan tahan cairan asam, sehingga kerap digunakan dalam industri perairan seperti tambak hingga pembuatan bendungan. Penggunaan geomembran pada drainase dapat membantu mencegah kontaminasi air minum dari tanah dan polutan lainnya, serta mengurangi risiko merembesnya air dan mencegah terjadinya selanjutnya yang digunakan untuk pembuatan drainase adalah geosintetik komposit yang biasanya dipakai untuk perancangan perbaikan tanah lunak berpermeabilitas rendah, yaitu vertical drain. Material ini digunakan sebagai pencegah pergerakan tanah saat air dialirkan ke bawah tanah, serta mencegah tertutupnya aliran drainase internal di bawah pengaruh tekanan dari terakhir, yaitu geopipe, sangat diperlukan karena terbuat dari bahan ramah lingkungan dan kedap air, sehingga air yang dialirkan tidak akan terkontaminasi zat berbahaya. Salah satu contoh geopipe yang sering digunakan untuk drainase adalah pipa HDPE. Selain terbuat dari zat yang ramah lingkungan, pipa ini juga kuat dan awet sehingga dapat digunakan hingga penjelasan tentang saluran drainase dan cara membuatnya. Agar drainase yang dibuat bisa digunakan untuk waktu lama, pastikan Anda menggunakan material drainase berkualitas baik hanya di material yang tersedia di Geosinindo dibuat dari bahan baku dengan kualitas terbaik, namun memiliki harga relatif bersahabat. Segera hubungi Geosinindo untuk konsultasi dan pemesanan material drainase atau kunjungi Instagram Geosinindo untuk mengetahui produk unggulan lainnya!
1 pemegang IUP atau IUPK Operasi Produksi wajib menyusun rencana penambangan yang mengacu pada dokumen studi kelayakan yang sudah disetujui; 2 rencana penambangan meliputi rencana penambangan tahunan, triwulan, dan bulanan, 3 rencana penambangan triwulan dan bulanan dituangkan dalam rencana kerja teknis penambangan yang dapat diperiksa sewaktu-waktu oleh Inspektur Tambang; 4 rencana penambangan dan rencana kerja teknis penambangan paling kurang memuat i. letak dan geometri cadangan ii. sistem dan tata cara penambangan; iii. urutan penambangan yang meliputi lokasi, luas, elevasi penambangan, dan tata waktu; iv. urutan penimbunan batuan penutup yang meliputi lokasi, luas, elevasi, kapasitas penimbunan batuan penutup, dan tata waktu; v. metode pemberaian batuan penutup dan volume batuan penutup yang dibongkar; vi. metode pengangkutan di jalan pertambangan; vii. rencana produksi yang meliputi tonase/volume, kualitas/kadar, cut off grade, stripping ratio, dan mining recovery, serta sisa umur tambang; viii. urutan penumpukan komoditas yang meliputi lokasi, luas, kapasitas penumpukan, dan tata waktu; ix. sistem pengelolaan air tambang; x. sistem pengelolaan geoteknik; dan/atau xi. jenis, jumlah dan kapasitas peralatan; 5 urutan penambangan disajikan pada bentuk peta yang dilengkapi dengan penampang melintang cross section dan tabel yang berisi i. kemajuan dan arah penambangan; dan ii. lokasi, luas, dan elevasi blok. 6 urutan penimbunan batuan penutup disajikan dalam bentuk peta yang dilengkapi dengan penampang melintang cross section dan tabel yang berisi i. kemajuan dan arah penimbunan; dan ii. lokasi, luas, elevasi, dan kapasitas timbunan. 7 dalam hal pemberaian batuan penutup menggunakan metode peledakan, rencana peledakan paling kurang memuat a geometri dan dimensi pengeboran dan jumlah lubang ledak; b powder factor; c fragmentasi; dan d pola peledakan yang mempertimbangkan arah, hasil, dan dampak peledakan. 8 sistem pengelolaan air tambang disajikan dalam bentuk peta dan tabel yang memuat a saluran penyaliran dan arah penyaliran; b lokasi, dimensi, dan kapasitas fasilitas penampungan dan pengelolaan air tambang; c jumlah dan kapasitas pompa yang mempertimbangkan debit air tambang; dan d data curah hujan dan durasi hujan yang diukur secara terus-menerus sejak dimulainya kegiatan kontruksi; 9 sistem pengelolaan geoteknik paling kurang memuat a geometri dan dimensi bukaan tambang dan timbunan dan/atau lubang bukaan bawah tanah; b kriteria pergerakan; c metode dan jadwal pemantauan pergerakan lereng tambang dan timbunan dan/atau lubang bukaan bawah tanah; dan d tindak lanjut hasil pemantauan pergerakan lereng tambang dan timbunan dan/atau lubang bukaan bawah tanah. e peta potensi bahaya longsor hazard map berdasarkan hasil asesmen terhadap kondisi lereng dan peta mitigasi bahaya longsor yang paling kurang meliputi zona bahaya, zona aman, tempat berkumpul muster point, serta jalur evakuasi apabila terjadi kondisi bahaya; dan f dalam hal nilai faktor keamanan dan probabilitas longsor lereng tambang, faktor keamanan lereng timbunan dengan menggunakan kohesi dan sudut gesek residual, dan faktor keamanan lubang bukaan tambang bawah tanah tidak memenuhi nilai dalam studi kelayakan maka berdasarkan hasil kajian teknis yang paling kurang meliputi geometri dan dimensi bukaan tambang dan timbunan, umur pakai, faktor keamanan, upaya penguatan, rencana pemantauan dan tindak lanjut serta analisis risiko. 10 Pelaksanaan kegiatan penambangan dilakukan oleh Tenaga Teknis Pertambangan yang Berkompeten. a Mineral dan Batubara Dalam melaksanakan penambangan permukaan membuat rencana penambangan dan rencana kerja teknis penambangan paling kurang memuat i. metode dan tata cara penambangan; ii. sekuen penambangan; iii. pengembangan bukaan tambang; iv. sistem pengelolaan air tambang; v. sistem pengelolaan geoteknik; vi. rencana produksi meliputi tonase dan/atau volume, kualitas atau kadar, cut off grade, stripping ratio, dan mining recovery serta sisa umur tambang; dan/atau vii. jenis, jumlah dan kapasitas peralatan; b Mineral Bukan Logam dan Batubara i. urutan penambangan disajikan dalam bentuk peta yang paling kurang dapat menjelaskan lokasi, kemajuan, dan arah penambangan. ii. urutan penimbunan batuan penutup disajikan dalam bentuk peta yang paling kurang dapat menjelaskan lokasi, kemajuan, dan arah penimbunan; iii. sistem pengelolaan air tambang dan air larian yang paling kurang memuat saluran penyaliran, sistem penyaliran, dan penirisan air tambang; iv. sistem pengelolaan geoteknik memuat sekurangkurangnya geometri dan dimensi bukaan tambang dan timbunan, program pemantauan, dan mitigasi longsor; v. pelaksanaan kegiatan penambangan mineral bukan logam dan batuan mengacu yaitu dilakukan paling kurang oleh satu orang Tenaga Teknis Pertambangan yang Berkompeten. a Mineral dan Batubarai. Pembersihan Lahan Land Clearing; ii. Penanganan Tanah Pucuk iii. Pemberaian batuan rock breakage iv. Pengupasan Batuan Penutup v. Pengupasan Material Lumpur vi. Penimbunan Batuan Penutup di Luar Bukaan Tambang Out Pit Dump vii. Penimbunan Batuan Penutup di Dalam Bukaan Tambang In Pit Dump viii. Penimbunan Material Lumpur ix. Penggunaan Tanggul Laut Sea Dyke dalam Penambangan x. Pengalihan sungai xi. Pengalihan Jalan Umum xii. Penambangan Bersama Perbatasan WIUP xiii. Penempatan Batuan Penutup di Luar WIUP xiv. Penggalian Mineral dan Batubara xv. Lereng Penambangan xvi. Lereng Akhir Penambangan xvii. Pengelolaan Air Tambang xviii. Penumpukan Mineral dan Batubara xix. Jalan Pertambangan b Mineral Bukan Logam dan Batuan 1 Pengupasan Batuan Penutup Mineral Bukan Logam dan Batuan i. rencana kerja teknis penambangan untuk pengupasan batuan penutup pada mineral bukan logam dan batuan paling sedikit terdiri atas rencana bulanan; ii. geometri dan dimensi pengupasan batuan penutup berdasarkan rekomendasi dalam dokumen studi kelayakan yang telah disetujui; 2 Penggalian Mineral Bukan Logam dan Batuan i. dalam hal komoditas tambang bukan logam dan batuan difungsikan untuk kebutuhan industri maka mengacu pada ketentuan dalam penggalian komoditas tambang mineral dan batubara; ii. kemajuan penggalian didokumentasikan dalam bentuk peta yang dilaksanakan sekurang-kurangnya setiap bulan; 3 Lereng Penambangan Mineral Bukan Logam dan Batuan Dalam hal ditemukan tanda-tanda dan/atau kejadian longsor paling kurang dilakukan i. langkah pengamanan terhadap lereng; ii. meningkatkan intensitas pemantauan pergerakan lereng; iii. memastikan kestabilan lereng dan tindak lanjut hasil pemantauan; dan iv. melakukan penyelidikan geoteknik dalam rangka memperbaharui rekomendasi geometri dan dimensi bukaan tambang yang ada; 4 Lereng Akhir Penambangan Mineral Bukan Logam dan Batuan i. pengaturan geometri dan dimensi lereng akhir penambangan sesuai dengan dokumen studi kelayakan; ii. dalam hal terdapat perubahan geometri dan dimensi lereng akhir penambangan dari dokumen studi kelayakan yang telah disetujui, dapat menjelaskan rekomendasi geometri dan dimensi yang baru; iii. penjelasan perubahan rekomendasi geometri dan dimensi yang baru disampaikan kepada Kepala Inspektur Tambang; 5 Pengelolaan Air tambang dan Air Larian Mineral Bukan Logam dan Batuan i. jarak minimal fasilitas pengendapan ke tepi terluar penambangan berdasarkan kajian teknis; ii. dalam hal di area penambangan memotong akuifer, membuat penampungan air untuk dapat dimanfaatkan. 6 Penumpukan Mineral Bukan Logam dan Batuan Tempat penumpukan mineral Bukan Logam dan Batuan paling kurang dapat mempertimbangkan i. keberadaan area yang terdapat cadangan. ii. daya dukung terhadap tumpukan dan alat yang digunakan; iii. sistem penyaliran yang mampu mengalirkan debit air larian tertinggi; dan iv. kapasitas tempat penumpukan; 7 Penambangan dengan Kawat Gergaji Mineral Bukan Logam dan Batuan i. dalam hal dilakukan pemotongan batuan menggunakan kawat gergaji diamond wire sawing maka ditempatkan pada tempat yang datar; ii. pengeboran untuk lubang tempat kawat gergaji saling menyambung; iii. pemotongan batuan dengan kawat gergaji memperhatikan kekar dari batuan; iv. kekuatan dari kawat gergaji lebih kuat dari kekuatan batuan yang akan dipotong; v. besaran blok disesuaikan dengan rencana kerja teknis penambangan; 8 Pelaksanaan Penambangan pada Tambang Semprot Dalam melaksanakan penambangan bawah tanah membuat rencana penambangan dan rencana kerja teknis penambangan paling kurang memuat a metode dan tata cara penambangan; b sekuen penambangan; c pengembangan lubang bukaan tambang; d sistem ventilasi; e sistem pengelolaan air tambang; f sistem pengelolaan geoteknik; g sistem penyanggaan; h rencana produksi meliputi tonase dan/atau volume, kualitas atau kadar, cut off grade, minimum thickness, dan mining recovery serta sisa umur tambang; dan/atau i jenis, jumlah, dan kapasitas peralatan. 2 Sekuen penambangan, Pengembangan lubang bukaan, Sistem ventilasi, Sistem pengelolaan air tambang, Sistem pengelolaan geoteknik dan Sistem penyanggaan. a sekuen penambangan disajikan dalam bentuk peta dan tabel yang berisi kemajuan, sekuen, dan arah penambangan; lokasi, dimensi lubang bukaan, dan level lubang bukaan; b pengembangan lubang bukaan tambang bawah tanah mencakup paling kurang lokasi, dimensi, dan panjang bukaan jalan masuk; metode penerowongan; jumlah dan/atau volume dari batuan samping, batubara, dan/atau bijih tergali hasil penerowongan; c sistem ventilasi mencakup paling kurang kebutuhan dan kualitas udara setiap area; peralatan meliputi lokasi, jenis, jumlah, dan kapasitas peralatan ventilasi; jaringan ventilasi dalam bentuk peta yang mencakup debit dan arah aliran udara, jumlah dan lokasi pintu angin, serta jalur evakuasi keadaan darurat; pemeliharaan dan perawatan sarana ventilasi; pemantauan kualitas udara meliputi kelembaban, temperatur, kandungan gas oksigen, gas berbahaya dan/atau beracun, dan debu serta kuantitas udara meliputi kecepatan aliran dan volume; d sistem pengelolaan air tambang sekurang-kurangnya memuat peta pengelolaan air tambang yang mencakup paling kurang cebakan air, lokasi, elevasi, dimensi dan kapasitas fasilitas penampungan air tambang, dimensi saluran, dan arah penyaliran; jumlah dan kapasitas pompa utama dan cadangan yang mempertimbangkan debit air tambang terbesar ditambah 15% lima belas persen; pemeliharaan dan perawatan sarana pengelolaan air tambang; e sistem pengelolaan geoteknik memuat paling kurang geometri dan dimensi lubang bukaan; kriteria pergerakan; metode dan jadwal pemantauan pergerakan lubang bukaan; tindak lanjut hasil pemantauan pergerakan lubang bukaan; peta potensi bahaya runtuhan hazard map berdasarkan hasil asesmen terhadap kondisi lubang bukaan dan peta mitigasi bahaya runtuhan yang paling kurang mencakup zona bahaya, zona aman, tempat berkumpul muster point, serta jalur evakuasi apabila terjadi kondisi bahaya; dan pemutakhiran data geoteknik. f sistem penyanggaan menjelaskan paling kurang umur pakai bukaan; jenis dan tipe serta jumlah penyangga minimum; jarak antar penyangga; peralatan instalasi penyangga; quality assurance; pemantauan kestabilan penyangga; dan pemeliharaan dan perawatan. a Pembuatan Jalan Masuk b Lubang Bukaan c Penyanggaan d Ventilasi e Pengelolaan Air Tambang Bawah Tanah f Pengelolaan Lumpur wet muck g Longwall Mining h Penyangga Alami i Amblesan Permukaan Surface Subsidence a penambangan dengan metode tambang bawah air menggunakan Kapal Keruk. b dalam melaksanakan penambangan bawah air membuat rencana penambangan dan rencana kerja teknis penambangan paling kurang memuat 1 metode dan tata cara penambangan; 2 penambangan meliputi sekuen, lokasi, luas, kedalaman penggalian, blok, dan tata waktu; 3 pengelolaan waste meliputi lokasi, luas, kapasitas penimbunan waste, dan tata waktu; 4 metode penggalian batuan penutup dan volume batuan penutup yang dibongkar dan dipindahkan; 5 rencana produksi meliputi tonase dan/atau volume, kualitas atau kadar, cut off grade, mining recovery dan sisa umur tambang; 6 sistem pengelolaan air kerja dan akses/lintasan kerja; 7 jenis, jumlah dan kapasitas peralatan; c Penambangan dilengkapi dengan peta dan tabel yang berisi paling kurang 1 kemajuan dan arah penambangan; dan 2 lokasi, luas, dan kedalaman blok. a Kapal Keruk yang dioperasikan di pertambangan memiliki spesifikasi teknis dan memenuhi kriteria unjuk kerja peralatan yang meliputi physical availability PA, mechanical availability MA, utilization of availability UA, effective utilization EU, dan produktivitas; b dalam merencanakan lokasi penambangan kapal keruk yang beroperasi di laut mempertimbangkan kondisi cuaca sepanjang tahun, morfologi dasar laut, jalur lalu lintas kapal, dan bentuk endapan; c penempatan lokasi operasional sesuai dengan koordinat yang telah direncanakan dan telah ditetapkan oleh bagian survei; d koordinat yang telah ditetapkan diukur dengan menggunakan peralatan global navigation satellite system gnss; e posisi operasional kapal keruk dapat dipantau secara real time dan dipastikan tidak keluar dari WIUP; f dalam hal kapal keruk dioperasikan pada fasilitas pengendapan maka ketentuan pada huruf b, huruf c, dan huruf d dapat dikecualikan; g Kepala Teknik Tambang menetapkan tata cara baku penambangan bawah air dengan Kapal Keruk termasuk pemeliharaan dan perawatan; h Kapal Isap dan Ponton Isap Produksi 1 dalam hal pengoperasian kapal keruk dengan metode kapal isap dan ponton isap produksi mempertimbangkan jarak aman operasi antar kapal paling kurang sejauh jangkauan operasi; 2 dalam hal pengoperasian kapal keruk dengan metode ponton isap produksi paling kurang memenuhi persyaratan teknis, persyaratan operasional, rancang bangun dan tata cara operasional; a jenis, jumlah, dan kapasitas peralatan dilengkapi dengan informasi unjuk kerja peralatan; b peralatan utama dan peralatan pendukung memenuhi kelaikan teknis; c unjuk kerja peralatan meliputi ketersediaan fisik atau physical availability PA adalah persentase waktu ketersediaan yang dihitung berdasarkan perbandingan antara waktu kerja ditambah waktu tidak beroperasi/tunggu dibagi dengan waktu kerja ditambah waktu tidak beroperasi/tunggu dan waktu perbaikan. PA = [W+S/W+S+R] x 100%. Dimana W = Waktu kerja atau working hours jam, R = Waktu perbaikan atau repair hours jam, S = Waktu tidak operasi/tunggu atau standby hours jam ketersediaan mekanik atau Mechanical availability MA adalah persentase waktu ketersediaan yang dihitung berdasarkan perbandingan antara waktu kerja dibagi waktu kerja ditambah waktu perbaikan. MA = [W/W+R] x 100% .Dimana W = Waktu kerja atau working hours jam, R = Waktu perbaikan atau repair hours jam, utilization of availability UA adalah persentase waktu ketersediaan yang dihitung berdasarkan perbandingan antara waktu kerja dibagi waktu kerja ditambah waktu tidak operasi/tunggu. UA = [W/W+S] x 100%. Dimana W = Waktu kerja atau working hours jam, S = Waktu tidak operasi/tunggu atau standby hours jam effective utilization EU adalah persentase efektifitas penggunaan alat yang dihitung berdasarkan perbandingan antara waktu kerja dibagi waktu kerja ditambah waktu tidak operasi/tunggu dan waktu perbaikan. EU = [W/W+R+S] x 100% .Dimana W = Waktu kerja atau working hours jam, R = Waktu perbaikan atau repair hours jam, S = Waktu tidak operasi/tunggu atau standby hours jam. pencapaian produktivitas adalah aktual produksi per satuan waktu dibagi target produksi per satuan waktu dikali seratus persen. Pencapaian Produktivitas = [Produkivitas Aktual / Target Produksi] x 100% d Nilai unjuk kerja peralatan utama ketersediaan fisik atau physical availability pa peralatan tambang paling kurang 90% sembilan puluh persen; ketersediaan mekanik atau mechanical availability ma peralatan tambang paling kurang 85% delapan puluh lima persen; ketersediaan penggunaan atau utilization of availability ua peralatan tambang paling kurang 75% tujuh puluh lima persen; efektifitas penggunaan atau effective utilization eu peralatan tambang sekurang-kurangnya 65% enam puluh lima persen; pencapaian produktivitas peralatan tambang sekurang-kurangnya mencapai 85% delapan puluh lima persen dari target produktivitas yang telah ditetapkan; e dalam rangka menghindari antrian atau waktu tunggu maka match factor/keserasian alat muat dan angkut diupayakan mendekati satu; f dalam hal digunakan peralatan dengan teknologi baru, mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal; g peralatan utama tetap dilakukan pemeliharaan dan perawatan untuk mempertahankan nilai mechanical availability MA dari kondisi sejak tidak Alat Gali-Muat b Alat Angkut c Rope Haulage Derek dan Hoist d Load Haul Dump LHD e Truk Tambang Bawah Tanah Underground truck f Peralatan Pendukung Supporting Unit g Alat Gali Mekanis Kontinyu
membuat penampungan air bawah tanah